Judul buku : Perempuan Mimpi-mimpi
Pengarang : Gabriel Garcia Marquez
Penerbit : Penerbit Sumbu Yogyakarta
Cetakan : I
Tahun Terbit : 2002
Tebal Buku : 91 halaman
Gaya realisme magis yang menjadi kekuatan cerita-cerita Gabriel Garcia Marquez hadir dalam 8 cerita pendek yang diterjemahkan oleh Mahdi Husin dari kumpulan karyanya di sana-sini.
Gabriel Garcia Marquez adalah seorang jurnalis berbakat sebelum dia menjadi seorang pengarang tenar kelas dunia. Penulis Amerika Latin yang berasal dari Aracataca ini mewakili semangat zamannya melalui gaya penulisan realisme magis yang cenderung mengkombinasikan elemen-elemen fantasi, mitologi dan fiksi realistis. Sebagai Jurnalis muda dia sangat dikagumi oleh teman-teman sejawatnya dan bukannya sekedar gurauan atau ejekan kalau dia dipanggil oleh rekan-rekan sekantornya sebagai MAESTRO.
Sebagai Jurnalis muda ia cepat dikenal di antara teman-temannya sebagai jurnalis berbakat dengan tulisan-tulisan jurnalistiknya dan menulis untuk koran-koran terkenal pada waktu itu seperti El Espectador dan lain-lainnya. Cerpen-cerpennya yang dimuat dalam El Espectador membuat dia banyak dikenal dan juga menjadi anggota grup "Baranquilla groep" tempat berkumpulnya para pengarang terpenting dan termodern pada waktu itu.
Cerpen “Perempuan Mimpi-mimpi” menceritakan sebuah mimpi yang terlihat begitu nyata dan membuat lelaki dalam cerita ini tidak dapat membedakan apakah kehadiran wanita itu nyata atau hanya sebuah mimpi. “Eyes of blue dog” adalah penggambaran wanita itu oleh lelaki. Namun lelaki tersebut hanyalah seseorang yang sebenarnya tak mampu mengingat apa-apa tentang mimpi-mimpinya sendiri setelah bangkit dari tidurnya.
Gaya realisme magisnya ditemukan juga dalam salah satunya cerpen "Penyerahan Diri Ketiga" yang bercerita tentang seseorang yang meninggal dunia. Sebenarnya dia ingin mematikan kehidupan di sekitarnya tetapi malah menjadi mayat betulan. Sebagai mayat, diri si penutur terus bercerita tentang keadaan dirinya di dalam tanah waktu demi waktu, termasuk kenyataan yang berubah menjadi situasi 'kematian yang hidup' bahwa tubuhnya mati tetapi pikirannya tetap hidup.
Namun yang lebih mencekam adalah cerpen "Selasa Waktu Siesta". Cerpen ini bercerita tentang ibu dan anak perempuannya yang miskin. Jauh-jauh pergi ke suatu kota, lebih tepatnya ke rumah pendeta tempat anaknya ditembak secara tak sengaja oleh adik pendeta. Tetapi untuk menutupi kesalahannya, adik pendeta itu berkata bahwa anak itu adalah pencuri.
Luarbiasa. Belum pernah sebelumnya ditemukan ada penulis yang demikian intens menulis tentang situasi yang magis seperti ini. GGM, singkatan dari namanya, bertutur dengan indahnya. Menggambarkan segala situasi dengan baik dan membuat pembaca seolah-olah berada dalam kondisi itu. Banyak nilai kehidupan yang dapat diambil. Seperti cerpen "Selasa Waktu Siesta". Kita mungkin sering menutupi kesalahan diri kita dengan berbohong dan merugikan orang lain yang tak bersalah.
Namun dalam buku ini terjemahannya standar. Dalam arti hanya bisa dibaca, tapi kurang mampu menunjukkan kebesaran Gabriel Garcia Marquez. Penyebabnya adalah penerjemah tidak mencocokan dengan edisi aslinya. Karena Gabriel Garcia Marquez harus dilihat bukan hanya dari segi cerita tapi juga cara bercerita.
Bagaimanapun juga buku ini telah memberi kita inspirasi. Bahwa kita harus berkembang dan lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide dalam membuat suatu karya.
0 komentar :
Post a Comment