Siapa yang tak kenal origami. Permainan dengan teknik melipat kertas ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Dan permainan inilah yang saya mainkan pada suatu kesempatan dalam mata kuliah Ketrampilan Interpersonal.
Aturan mainnya adalah satu orang ditunjuk sebagai pembicara di tengah atau dengan kata lain sebagai pimpinan. Kemudian sisanya menjadi pendengar atau dapat disebut bawahan. Pimpinan berada di tengah kelompok tersebut sedangkan bawahan membentuk lingkaran dimana sang pemimpin berada di tengah-tengahnya. Bawahan diberi kertas lipat berwarna oleh pimpinan. Kemudian bawahan memposisikan diri dengan membelakangi pimpinan atau menghadap ke arah luar dari kelompok. Fasilitator memberi kertas yang berisi langkah-langkah kepada pimpinan. Langkah-langkah tersebut berupa gambar. Sehingga pimpinan harus bisa membuat perintah yang akan diberikan kepada bawahan untuk melakukan langkah-langkah permainan origami seperti yang ada di kertas tersebut. Ketika perintah kurang jelas didengar dan sulit dipahami, bawahan boleh memberikan interupsi dan bertanya. Namun di tengah-tengah permainan, bawahan diharuskan menutup mata. Sehingga dalam menjalankan perintah pimpinan, bawahan tidak bisa mencontek teman yang berada di sebelah kanan atau kiri kami. Bawahan hanya diijinkan bertanya kepada pimpinan. Setelah pimpinan menyudahi seluruh perintahnya, kami diperbolehkan untuk membuka mata dan melihat hasil karya kami. Dan ternyata origami yang dihasilkan berbeda-beda bentuknya.
Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat pelajaran hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersosial, seperti:
- Berlatih kepemimpinan. Di dalam diri ini pasti ada jiwa kepemimpinan namun masalahnya adalah pernahkah kita menumbuhkannya dan melatihnya? Kepemimpinan erat kaitannya dengan praktek, sehingga bila kita tidak pernah mewujudkannya ke dalam hal nyata maka sama saja, nihil. Kita tidak perlu banyak belajar teori secara terus menerus karena kita hanya akan pandai di otak saja. Kita sangat perlu akan sesuatu yang nyata.
- Belajar berkomunikasi. Hal ini jelas tercermin pada pimpinan. Pimpinan yang baik harus mampu menginstruksikan secara jelas kepada bawahnnya. Agar bawahannya mengerti dan mampu melaksanakan apa yang diinginkan pimpinan. Karena berkomunikasi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan maka dibutuhkan latihan agar kita pandai berkomunikasi.
- Melatih kesabaran. Pimpinan harus sabar dalam menghadapi situasi yang ramai, bawahan yang banyak bertanya, bawahan yang meminta pengulangan perintah, bahkan bawahan yang salah dalam bertindak. Sebagai pimpinan atau pembicara, memang sulit untuk memberi perintah atau memilih kata-kata yang sesuai dengan apa yang dimaksud. Maka dibutuhkan kesabaran yang lebih dalam melaksanakan tugasnya. Karena segala sesuatu yang dicampuri dengan emosi, hasilnya tidak akan maksimal.
- Melatih konsentrasi. Dalam kegiatan ini sangat dibutuhkan. Karena kita hanya mendapat perintah melalui audio dan harus langsung dikerjakan. Kelompok lain pun juga melakukan hal yang sama sehingga suasana cukup ramai. Kita harus konsentrasi terhadap apa yang diucapkan oleh pimpinan kita bukan pimpinan kelompok lain. Dan bila kita tidak konsentrasi, kita akan kebingungan terhadap perintah dari pimpinan.
- Belajar mendengarkan. Bawahan yang baik adalah orang mau mendengarkan pimpinannya. Begitu dengan orang yang baik, ketika ada orang yang berbicara entah perintah atau nasehat, maka kita harus mendengarkannya. Jangan merasa diri ini sudah hebat, sudah benar sehingga tidak perlu masukan dari orang lain. Dan perlu diketahui orang yang hebat adalah orang mau mendengarkan orang lain dan selalu memperbaiki diri. Mengenai bawahan, untuk menjadi pimpinan yang baik maka jadilah bawahan yang baik terlebih dahulu. Agar kelak bila kita menjadi pimpinan, maka kita akan mengetahui apa yang dirasakan bawahan kita.
- Kepatuhan. Andai saja bawahan tidak patuh terhadap pimpinan, tentu kegagalan akan jelas terlihat di kelompok atau perusahaan tersebut. Sebagai bawahan yang baik kita harus patuh terhadap ketentuan-ketentuan dan perintah pimpinan asal hal tersebut benar. Bagaimana bisa perusahaan tersebut sukses bila karyawan-karyawannya datang terlambat, tidak bekerja maksimal, banyak melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Maka kepatuhan sangat dibutuhkan dalam hal ini.
- Melatih untuk berani bertanya. Tercermin pada saat informasi yang diterima kurang jelas. Maka kita akan bertanya untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas atau memastikan hal yang meragukan. Dengan begitu, terjadinya kesalahan dapat diminimalkan. Karena tidak ada salahnya bila kita bertanya.
- Berlatih berpikir cepat dan membayangkan. Setelah mendapatkan perintah, kita semua berpikir apakah hal tersebut dalam dilaksanakan. Kemudian kita membayangkan. Dengan begitu kita bisa memperkirakan apa yang harus dilakukan, seberapa besar usaha dan seberapa lama waktu yang dibutuhkan.
- Suatu hal bisa saja berbeda persepsi antar satu orang dengan orang yang lain. Maka menjadi tugas pimpinan untuk menyamakan persepsi-persepsi tersebut. Caranya tentu dengan memberi perintah sejelas mungkin kepada bawahan. Atau dengan cara memberikan ilustrasi agar bawahannya dapat membayangkan. Sehingga bawahan lebih cepat dan mudah memahaminya.
- Melatih bekerja sendiri dan membangun rasa percaya diri. Ketika ditutup mata, kita harus mampu bekerja berdasar apa yang kita pahami atau dapat disebut bekerja sendiri. Kita harus percaya diri dan jangan hanya ikut-ikutan. Kita harus percaya bahwa diri kita mampu mengerjakan dengan usaha kita sendiri. Bila masih kurang paham, kita dapat bertanya kepada yang lebih tahu. Bukan malah meniru atau mencontek apa yang dilakukan orang lain. Karena orang lain pun belum tentu benar.
0 komentar :
Post a Comment