Tuesday, December 28, 2010 0 komentar

Pohon dan Burung

Ini adalah salah satu permainan yang pernah saya mainkan di mata kuliah Ketrampilan Interpersonal. Dalam permainan ini kami bermain dalam kelompok besar. Di dalam kelompok besar tersebut, terdapat kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Yaitu 2 orang menjadi pohon dan 1 orang menjadi burung. Dua orang yang menjadi pohon menyatukan tangan mereka dan meletakannya diatas sehingga membentuk huruf U terbalik. Sedangkan yang menjadi burung duduk jongkok diantara pohon atau berada di bawah tangan orang yang menjadi pohon.

Aturan mainnya adalah fasilitator akan menceritakan suatu kisah. Di dalam kisah tersebut ada kata-kata tertentu yang mengharuskan pohon dan burung berpindah tempat. Kata-kata yang dimaksud adalah:
  • Badai. Bila terdengar kata badai, maka pohon dan burung harus berpindah tempat dan berganti pasangan. 
  • Kebakaran. Bila terdengar kata kebakaran, maka burung harus berpindah tempat. 
  • Banjir. Bila terdengar kata banjir, maka pohon harus berpindah tempat dan berganti pasangan.
Bagi pohon yang tidak ada burungnya, dan sebaliknya maka akan mendapat hukuman. Hukumannya adalah mereka mengucapkan “Maaf tadi saya salah” sambil melompat dan menepukan kedua tangannya di atas kepala.

Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat banyak hal positif, antara lain:
  • Selalu menjaga konsentrasi. Konsentrasi apa yang ada di depan kita atau yang sedang kita hadapi 
  • Dalam permainan ini kami dapat bekerja sama dengan kelompok lain untuk bertukar pasangan. Sehingga hal itu melatih kita untuk mengatur strategi dalam menjalankan hidup ini. 
  • Meminta maaf bila melakukan kesalahan. Sedari kecil kita telah diajarkan oleh orang tua kita. Maka jangan sampai nilai ini sampai terlupakan saat kita tua nanti. 
  • Bertindak cepat dan tepat. Bila kita tidak bertindak cepat, peluang yang seharusnya dapat kita ambil malah diambil oleh orang lain. 
  • Mampu melihat peluang dan memanfaatkannya. Selalu jeli dan telita terhadap peluang-peluang yang ada. 
  • Melatih kejujuran. Bagi yang salah langsung naik ke atas panggung untuk memperoleh suatu hukuman. 
  • Patuh terhadap peraturan yang ada. 
  • Melatih kepekaan. Kita haru peka terhadap segal hal yang ada dikeliling kita. 
  • Siap setiap saat atau siaga dalam berbagai situasi. 
  • Berhati-hati. Jangan sampai pula kita melakukan kesalahn, maka dari itu kita dituntut untuk selalu menjaga konsentrasi. 
  • Taat pada peraturan. Peraturan disini termasuk apa yang harus dilakukan saat disebutkan “kata kunci” dan peraturan bagi yang salah. 
  • Melatih berpikir cepat. Sebelum bertindak, kita harus berpikir dulu. Berpikir pun harus cepat, namun bukan terburu-buru. 
  • Paham diri sendiri. Dalam konteks kehidupan, menjadi siapa diri kita dalam lingkungan kita berada. 
  • Paham terhadap lingkungan. Mengerti lingkungan dimana kita berada. 
  • Pantang menyerah dan tidak mudah putus asa.
Saturday, December 25, 2010 0 komentar

Kehebatan Bercerita GGM

Judul buku : Perempuan Mimpi-mimpi
Pengarang : Gabriel Garcia Marquez
Penerbit : Penerbit Sumbu Yogyakarta
Cetakan : I
Tahun Terbit : 2002
Tebal Buku : 91 halaman

Gaya realisme magis yang menjadi kekuatan cerita-cerita Gabriel Garcia Marquez hadir dalam 8 cerita pendek yang diterjemahkan oleh Mahdi Husin dari kumpulan karyanya di sana-sini.

Gabriel Garcia Marquez adalah seorang jurnalis berbakat sebelum dia menjadi seorang pengarang tenar kelas dunia. Penulis Amerika Latin yang berasal dari Aracataca ini mewakili semangat zamannya melalui gaya penulisan realisme magis yang cenderung mengkombinasikan elemen-elemen fantasi, mitologi dan fiksi realistis. Sebagai Jurnalis muda dia sangat dikagumi oleh teman-teman sejawatnya dan bukannya sekedar gurauan atau ejekan kalau dia dipanggil oleh rekan-rekan sekantornya sebagai MAESTRO.

Sebagai Jurnalis muda ia cepat dikenal di antara teman-temannya sebagai jurnalis berbakat dengan tulisan-tulisan jurnalistiknya dan menulis untuk koran-koran terkenal pada waktu itu seperti El Espectador dan lain-lainnya. Cerpen-cerpennya yang dimuat dalam El Espectador membuat dia banyak dikenal dan juga menjadi anggota grup "Baranquilla groep" tempat berkumpulnya para pengarang terpenting dan termodern pada waktu itu.

Cerpen “Perempuan Mimpi-mimpi” menceritakan sebuah mimpi yang terlihat begitu nyata dan membuat lelaki dalam cerita ini tidak dapat membedakan apakah kehadiran wanita itu nyata atau hanya sebuah mimpi. “Eyes of blue dog” adalah penggambaran wanita itu oleh lelaki. Namun lelaki tersebut hanyalah seseorang yang sebenarnya tak mampu mengingat apa-apa tentang mimpi-mimpinya sendiri setelah bangkit dari tidurnya.

Gaya realisme magisnya ditemukan juga dalam salah satunya cerpen "Penyerahan Diri Ketiga" yang bercerita tentang seseorang yang meninggal dunia. Sebenarnya dia ingin mematikan kehidupan di sekitarnya tetapi malah menjadi mayat betulan. Sebagai mayat, diri si penutur terus bercerita tentang keadaan dirinya di dalam tanah waktu demi waktu, termasuk kenyataan yang berubah menjadi situasi 'kematian yang hidup' bahwa tubuhnya mati tetapi pikirannya tetap hidup. 

Namun yang lebih mencekam adalah cerpen "Selasa Waktu Siesta". Cerpen ini bercerita tentang ibu dan anak perempuannya yang miskin. Jauh-jauh pergi ke suatu kota, lebih tepatnya ke rumah pendeta tempat anaknya ditembak secara tak sengaja oleh adik pendeta. Tetapi untuk menutupi kesalahannya, adik pendeta itu berkata bahwa anak itu adalah pencuri. 

Luarbiasa. Belum pernah sebelumnya ditemukan ada penulis yang demikian intens menulis tentang situasi yang magis seperti ini. GGM, singkatan dari namanya, bertutur dengan indahnya. Menggambarkan segala situasi dengan baik dan membuat pembaca seolah-olah berada dalam kondisi itu. Banyak nilai kehidupan yang dapat diambil. Seperti cerpen "Selasa Waktu Siesta". Kita mungkin sering menutupi kesalahan diri kita dengan berbohong dan merugikan orang lain yang tak bersalah.

Namun dalam buku ini terjemahannya standar. Dalam arti hanya bisa dibaca, tapi kurang mampu menunjukkan kebesaran Gabriel Garcia Marquez. Penyebabnya adalah penerjemah tidak mencocokan dengan edisi aslinya. Karena Gabriel Garcia Marquez harus dilihat bukan hanya dari segi cerita tapi juga cara bercerita.

Bagaimanapun juga buku ini telah memberi kita inspirasi. Bahwa kita harus berkembang dan lebih kreatif dalam menuangkan ide-ide dalam membuat suatu karya.
Friday, December 24, 2010 0 komentar

Bangkitnya Rasa Nasionalisme

Garuda, kesebelasan nasional Indonesia di bawah asuhan Alfred Fridl menunjukkan prestasi yang menggembirakan. Tim ini menjadi satu-satunya tim yang belum pernah terkalahkan selama empat kali pertandingan dalam Piala AFF 2010. 

Kegembiraan para penggemar bola melambung ke angkasa, menumbuhkan kebanggaan dan menghidupkan kembali semangat nasionalisme yang sedang lesu. Dahulu, Bung Karno pernah membangkitkan rasa nasionalisme dengan membakar semangat massa untuk menghadapi musuh bersama-sama dengan semboyan “Ganyang Malaysia”. Pak Harto di masa orde baru mencoba menyemaikan jiwa nasionalisme melalui penataran P4.

Kini, para tokoh di masa reformasi nampak gagap menyaksikan nasionalisme bangsa ini  yang semakin memudar. Pemberantasan KKN yang mereka canangkan ternyata tidak mudah dilakukan. Bahkan terlihat menemui jalan buntu. Dari satu presiden ke presiden yang lain tidak menunjukkan prestasi yang berarti. Sebaliknya mafia hukum, mafia pajak, dan mafia narkoba bergentayangan dimana-mana dan semakin subur saja. 

Padahal untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme itu caranya sangat sederhana ciptakan prestasi di berbagai sisi, sehingga memberikan kebanggaan dan kecintaan kepada negeri sendiri dan inilah embrio nasionalisme yang harus diketahui dan dimanfaatkan.
2 komentar

Belajar Jadi Konsultan


Ini adalah sebuah permainan yang pernah saya mainkan. Banyak pelajaran  yang dapat diambil dari permainan ini. 

Pertama-tama kita tuliskan 5 masalah dalam pembelajaran selama  kita kuliah. Setelah selesai kita duduk berpasang-pasangan. Saling berhadapan satu dengan yang lain. Selanjutnya tentukan yang bercerita terlebih dahulu tentang 5 masalah tersebut. Setelah selesai, giliran si pendengar memberikan saran kepada si pencerita mengenai masalahnya. Bila sudah, kini dibalik posisinya. Si pendengar menceritakan masalahnya, dan si pencerita mendengarkan dan memberi saran.

Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat pelajaran hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersosial, seperti:

  • Belajar berkomunikasi. Berani berbicara atau bercerita. Saat kita bercerita kita harus berani menatap kedua bola mata lawan bicara kita. Jangan menunduk ataupun melihat ke arah yang tidak ada hubungannya dengan pembicaraan, yang terkesan acuh. 
  • Melatih konsentrasi. Kita harus tetap fokus terhadap si pencerita apapun kondisinya. Seperti dalam hal ini tentu ramai, teman kanan dan kiri juga melakukan hal yang sama. Sehingga kegiatan ini sangat melatih konsentrasi kita. 
  • Menjadi pendengar yang baik. Untuk menjadi pembicara yang baik, kita harus mampu menjadi pendengar yang baik terlebih dahulu. Yakni mendengar dengan seksama setiap orang lain berbicara. Dengan begitu kita akan tahu rasanya menjadi pendengar. Dan bila kita berada di posisi si pembicara, maka kita akan tahu bagaimana membuat pendengar kembali fokus kepada kita (pembicara). 
  • Tanggap ketika mendengarkan orang lain berbicara. Tidak mungkin bila orang lain bercerita tentang sesuatu yang penting atau menegangkan namun ekspresi kita biasa-biasa saja. Kita harus tanggap terhadap apa yang diucapkan. Kalau perlu kita dapat bertanya untuk mengorek lebih lanjut informasi agar kita paham betul atas apa yang kita dengarkan. 
  • Belajar memberi saran. Bila ada teman kita memiliki masalah, kita dapat membantunya meski sekedar memberi semangat atau memberi saran. Kita harus paham masalah teman kita agar saran yang kita berikan tidak malah membuat masalah semakin rumit. Kita memberi saran sesuai dengan pandangan kita. Andaikan kita menjadi dia, maka apa yang akan kita lakukan. 
  • Belajar berbagi dengan orang lain. Jalan hidup orang berbeda-beda. Sehingga pengalaman hidup pun berbeda-beda. Alangkah baiknya kita saling berbagi dengan sesama. Agar orang lain dan kita sendiri dapat melihat masalah atau hal lainnya lebih obyektif. Dan tidak akan menyesal terhadap keputusan yang diambil kelak. 
  • Peduli. Setiap manusia pasti memiliki masalah. Sebagai teman yang baik kita harus peduli dengan kondisi teman kita. Sedapat mungkin kita membantunya meski hanya dengan menyemangati atau memberi saran.
Thursday, December 23, 2010 0 komentar

Cermin Diri

Ini adalah salah satu permainan dalam mata kuliah Ketrampilan Interpersonal.

Dalam melaksanakan permainan ini, kami berada di kelompok besar. Kami baris dengan berpasang-pasangan. Kemudian diantara dua orang dalam pasangan tersebut harus menentukan siapa yang menjadi orang pertama dan siapa yang menjadi orang kedua. Bagi yang menjadi orang pertama, maka dia akan melakukan atau menciptakan suatu gerakan. Sedangkan orang kedua bertugas untuk mengikuti segala tindakan yang dilakukan oleh orang pertama. Dengan kata lain di menjai cermin bagi orang pertama.

Gerakan yang dilakukan oleh orang pertama harus sesuai dengan ritme lagu yang diputar oleh fasilitator. Lagunya bermacam-macam. Mulai dari dangdut, R & B, POP, RAP dan masih banyak lagi. Hal ini sangat mengundang tawa. Karena tindakan yang dilakukan oleh orang pertama bisa saja yang aneh-aneh atau memalukan. Sehingga cukup sulit bagi sang cermin untuk menirukannya.

Setelah dirasa cukup, kini aturannya dibalik. Yakni orang kedua yang membuat gerakan dan orang pertama yang mengikutinya. Dan ketika musik telah dimainkan maka kita harus bergerak sesuai dengan ritme lagu. Setelah dirasa cukup, kita kita berganti pasangan dengan sebalah kita. Dan aturan sebelumnya mengenai orang pertama dan kedua diulang kembali.

Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat banyak hal positif, antara lain:
  • Lebih baik jadi leader daripada follower. 
  • Jadi leader memang susah, namun itu lebih baik. 
  • Jadi follower mungkin mudah tetapi bagaimana kalau orang yang ditirunya sangat berbeda jauh sehingga sangat sulit menirunya. 
  • Tidak ada salahnya kita mencoba menjadi leader. 
  • Jangan bangga dengan hanya meniru. 
  • Siaga setiap waktu. Ketika kita mejadi cermin kita harus siaga terhadap apapun yang dilakukan oleh orang pertama. 
  • Menjaga konsentrasi. Karena suasana begitu ramai dengan tawa. Kita harus tetap menjaga konsentrasi untuk menirukan setiap gerakan-gerakan.
Saturday, December 18, 2010 0 komentar

Hari Anti Korupsi

Hari anti korupsi se dunia, 9 Desember 2010 diperingati berbagai elemen masyarakat dengan demonstrasi ke berbagai instansi penegak hukum. Masyarakat sudah merasa muak dengan lemahnya penegakkan hukum di negeri ini, sehingga seorang Gayus yang hanya seorang PNS Golongan IIIB mampu menjerumuskan banyak orang ke dalam penjara karena akal bulusnya. 

Meskipun dia sudah dijebloskan ke dalam rumah tahanan, tetapi dia mampu menyuap banyak orang supaya dia dapat pergi ke luar rutan. Dan akhirnya menyebabkan oran yang disuap dijebloskan pula ke dalam rutan. 

Mwelalui kerja sama dengan beberapa pengusaha Gayus mampu mengantongi uang milyaran rupiah, sehingga ketika berurusan dengan aparat dia mampu menyuap berbagai pihak dan mampu membayar mahal lawyer terkenal. Ekspresi wajahnya yang dingin menunjukkan betapa profesionalnya dia dalam kejahatan yang dia lakukan. Raut mukanya yang tanpa penyesalan menunjukkan bahwa dia tidak jera dengan resiko yang bakal diterimanya. Bahkan dia merasa begitu percaya diri karena adanya orang-orang besar di belakang layar yang siap membelanya demi menyembunyikan aib mereka. 

Menghadapi mafia yang sangat kuat seperti ini tidak ada salahnya kalau aparat penegak hukum mempertimbangkan usulan HUKUMAN MATI bagi kasus korupsi. Andaikan saja  DPR berkenan mempertimbangkan hukum Islam, potong tangan untuk para pencuri termasuk koruptor. Mungkin saja persoalan curi-mencuri dan korupsi di negeri ini segera teratasi dan tidak merajalela lagi.
0 komentar

Simon Berkata

Simon Berkata adalah sebuah permainan yang cukup seru. Karena konsentrasi kita sangat diuji. Aturan mainnya adalah yang pertama, kita harus melakukan apa yang dikatakan oleh Simon. Kedua, bila kita melakukan suatu tindakan yang tidak dikatakan oleh Simon, maka kita harus naik ke atas panggung untuk menerima hukuman. Ketiga, bila kita tidak melakukan suatu tindakan yang dikatakan oleh Simon maka kita juga harus naik ke atas panggung untuk menerima hukuman. Dalam kegiatan ini fasilitator sering menjebak kami. Sehingga kami harus benar-benar teliti, apakah yang memberi perintah itu Simon atau fasilitator. Setelah permainan selesea, bagi yang berada di atas panggung menerima hukuman berdasar kesepakatan dari fasilitator dan kami yang berada di bawah panggung.

Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat banyak hal positif, antara lain:

Berhati-hati. Ketika kita akan melakukan suatu tindakan, kita harus berhati-hati. Seperti halnya dalam permainan ini, kita harus tahu “Apakah Simon yang berkata atau fasilitator?”. Dalam kehidupan sehari-hari sikap hati-hati harus kita miliki baik dalam bertindak ataupun memberi kepercayaan kepada orang lain.

Melatih konsentrasi dan fokus. Dalam kegiatan ini kita dituntut berkonsentrasi. Bila kita memiliki konsentrasi yang baik maka kemungkinan untuk berbuat salah sangatlah kecil. Kegiatan ini tentunya melatih kita untuk memiliki konsentrasi yang lebih baik dan lama. Dengan memperhatikan setiap ucapan Simon, kita harus fokus terhadap tindakan kita. Terkadang kita melakukan suatu tindakan yang sama dengan tindakan fasilitator, padahal itu tidak sesuai dengan ucapan Simon. Kegiatan ini melatih kita dalam mendengar (audio) bukan melihat (visual).

Siap setiap saat atau siaga dalam berbagai situasi. Dalam permainan ini kita tidak tahu apa yang akan diucapkan oleh Simon. Bila kita tidak siap untuk menghadapinya maka kita akan kerepotan karenanya. Maka kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin mulai sekarang.

Melatih berpikir dan bekerja cepat. Semakin cepat kita dalam berpikir dan bekerja, maka waktu yang kita butuhkan pun semakin sedikit. Dengan kata lain kita dapat menghemat waktu kita. Tentu hal ini berbeda dengan tergesa-gesa. Tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu dapat berakibat fatal. Maka disini, kita harus berpikir dan berkerja secara cepat dan mantap (tidak ragu).

Melaksanakan kewajiban. Kita harus melaksanakan setiap tindakan yang diucapkan oleh Simon. Kewajiban dalam kegiatan ini hanyalah hal tersebut. Cukup mudah memang. Namun kenyataannya tidak demikian. Hal kecil yang kita remehkan dapat berubah menjadi malapetaka. Sehingga mulai sekarang kita harus bisa melakukan setiap kewajiban kita masing-masing dari diri sendiri dan dari hal yang terkecil. Bila tidak, tentu ada akibatnya.

Taat pada peraturan. Peraturan dibentuk untuk mengatur segalanya agar berjalan dengan benar. Apabila kita melanggar peraturan, kita akan mendapat sanksi. Maka untuk menghindari sanksi kita harus taat dan bekerja secara benar. Karena bila tidak ada aturan di dalam hidup ini, maka dunia akan kacau balau. Maka jangan melanggar peraturan yang ada. Perlu kita ketahui bahwa peraturan dibentuk untuk kebaikan bersama.

Kepatuhan. Andai saja bawahan tidak patuh terhadap pimpinan, tentu kegagalan akan jelas terlihat di kelompok atau perusahaan tersebut. Sebagai bawahan yang baik kita harus patuh terhadap ketentuan-ketentuan dan perintah pimpinan asal hal tersebut benar. Bagaimana bisa perusahaan tersebut sukses bila karyawan-karyawannya datang terlambat, tidak bekerja maksimal, banyak melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Maka kepatuhan sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Setiap yang kita ucapkan atau perbuat harus dipertanggungjawabkan. Contoh sederhananya adalah di akhirat nanti setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, yakni terhadap semua yang dilakukannya di dunia. Untuk praktek di dunianya, kita pasti harus bertanggung jawab terhadap tindakan kita, seperti karyawan kepada bosnya.

Berani dan mau menerima konsekuensi. Setiap apa yang kita lakukan pasti memiliki resiko atau konsekuensi. Seperti ketika kita melakukan kesalahan maka kita harus berani untuk menerima akibatnya. Namun tidak hanya ketika kita melakukan kesalahan, tetapi ketika kita berbuat benar pun tetap ada resikonya. Sehingga orang yang berani dan mau menerima konsekuensi atas apa yang dilakukan sangat dibutuhkan di dunia nyata jaman sekarang.

Kejujuran. Bila merasa melakukan hal yang tidak diucapkan oleh Simon atau tidak melakukan apa yang diucapkan Simon, maka kami diharapkan langsung naik ke atas panggung untuk mendapat “hadiah”. Hadiah dalam hal ini adalah hukuman. Saat ini jarang sekali ada orang yang mau mengakui kesalahannya. Di dalam dunia nyata sering kita temui orang yang menyalahkan orang lain untuk menutupi keburukannya. Maka kejujuran sangat dibutuhkan di negeri ini.

Percaya diri. Kita harus percaya diri akan diri kita sendiri, asalkan yang kita lakukan itu benar. Tidak peduli hanya kita yang melakukan tindakan A dan yang lain melakukan tindakan B, asalkan itu benar. Seperti dalam kegiatan ini, yang dikatakan benar adalah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Simon.
Wednesday, December 15, 2010 0 komentar

Gung Ho ala Ketrampilan Interpersonal (Part 3)

Krisis yang sedang dialami oleh tim adalah:

  • Yang pertama dalam keuangan. Para buruh menggantungkan hidupnya dari pabrik tersebut. Namun nyatanya pabrik itu malah ditutup.
  • Yang kedua saat bertemunya dua budaya yang dapat dikatakan berbeda 180 derajat atau bertolakbelakang. Sehingga banyak pihak-pihak yang berkonflik. Mulai dari budaya dan cara berpikir mereka.
  • Yang ketiga adalah para buruh meminta kenaikan gaji. Para buruh merasa kurang dan tidak dianggep bila hanya mendapat gaji 8 dolar 75 sen per jam. Sehingga mereka menuntut kenaikan gaji yang semula 8 dolar 75 sen per jam menjadi 11 dolar 50 sen per jam.
Hal ini termasuk ke dalam Building Crisis. Yaitu krisis yang terjadi lebih terfokus pada persoalan internal. Perusahaan memang mempunyai peraturan yang mengatur dunia kerjanya. Namun akibat dari kebijaksanaan yang diambil berdasar peraturan itu terkadang terlihat merugikan bagi sebagian orang.

Akibatnya, apapun kebijaksanaan yang baru, tetap saja akan melahirkan pendapat publik yang bisa saja tidak sejalan dengan keteguhan perusahaan dalam menerapkan peraturan-peraturannya. Sehingga diperlukannya penyatuan dan penggiringan opini publik yang positif.

Cara tim mengatasinya adalah
  • Yang pertama, masyarakat Hadleyville mengirim Hunt Stevenson ke Jepang untuk mencari investor. Dan akhirnya usaha itu berhasil, perusahaan Assan Motor Company yang berasal dari Jepang datang.
  • Yang kedua, mereka membentuk forum para buruh. Mereka mencurahkan segala apa yang mereka rasa dan disinilah mereka biasa membuat keputusan untuk kepentingan bersama.
  • Yang ketiga, para buruh berkumpul di forum para buruh dan mendesak agar Hunt dapat membujuk agar manajemen Assan Motor Company mau menaikan gaji mereka yang semula 8 dolar 75 sen per jam menjadi 11 dolar 50 sen per jam.

Cara Hunt Stevenson sebagai supervisor mengatasi krisis tersebut adalah membuat kesepakatan dengan manajemen Assan Motor Company. Isi kesepakatan itu adalah apabila para buruh dapat membuat 15.000 mobil dalam waktu satu bulan, maka manajemen Assan Motor Company akan menaikan gaji mereka yang semula 8 dolar 75 sen per jam menjadi 11 dolar 50 sen per jam. Bila kurang satu mobil saja, tetap tidak ada kenaikan gaji sama sekali.

Hunt menyebutkan 15.000 mobil dalam waktu satu bulan karena di Jepang pernah terjadi hal tersebut. Hunt hanya ingin menunjukan Amerika dapat menjadi seperti Jepang bahkan lebih unggul serta berusaha agar tuntutan para buruh mengenai kenaikan gaji dapat terpenuhi.

Namun ketika Hunt menyampaikan kesepakatan itu kepada para buruh terjadilah masalah. Para buruh menganggap itu adalah kesepakatan gila. Mustahil dapat menghasilkan 15.000 mobil dalam jangka waktu satu bulan. Mereka pun bertanya-tanya, semisal hanya dapat menghasilkan 13.000 mobil apakah mereka tetap mendapat kenaikan gaji? Hunt pun bingung, dia takut disalahkan oleh para buruh yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Namun dilain sisi Hunt telah membuat kesepakatan dengan manajemen Assan Motor Company dan itulah salah satu unjuk diri dan cara agar tuntutan para buruh mengenai kenaikan gaji dapat terpenuhi.

Alhasil, Hunt terpaksa berbohong. Dia berkata kepada para buruh bahwa bila kita menghasilkan 13.000 mobil, tetapi aka nada kenaikan gaji. Namun apa salahnya kita membuat 15.000 mobil? Agar orang-orang Jepang itu tahu bahwa orang Amerika lebih baik daripada mereka. Akhirnya para buruh percaya kepada Hunt dan beranggap hanya dengan menghasilkan 13.000 mobil saja mereka pun tetap akan mendapat kenaikan gaji yang sesuai dengan keinginan mereka.

Namun dari cara tersebut, ada baik dan buruknya. Baiknya adalah bila para buruh mampu menghasilkan 15.000 mobil maka tuntutan mereka akan terpenuhi. Dan hal itu menunjukan bahwa Amerika juga bisa. Dan pabrik itu tetap berfungsi, tidak ditutup kembali.

Sedangkan buruknya adalah Hunt berbohong. Kita tahu seberapa pintar orang menyembunyikan bangkai, maka suatu saat akan tercium juga. Begitu juga dengan Hunt. Akhirnya dia harus mengakui kesalahannya di depan masyarakat Hadleyville dan kehilangan kepercayaan dari teman-temannya yang selama ini mendukungnya.


Jika saya menjadi Hunt Stevenson, yang akan saya lakukan ketika menerima tantangan memproduksi 15.000 mobil adalah menerimanya. Saya mau menerimanya karena saya yakin bahwa para buruh mampu mengerjakannya. Orang Jepang dan Amerika sebenarnya sama saja. Yang membedakan hanyalah budayanya. Kita tahu bahwa manusia memiliki potensi dasar yang sama. Tinggal kita saja yang memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.

Di dalam film pun telah dibuktikan bahwa sebenarnya orang Amerika juga mampu. Mereka hanya tidak yakin di awal bahwa mereka mampu. Apalagi ketika tengah membuat mobil yang hampir mencapai 15.000 masalah timbul. Sehingga aktivitas di pabrik berhenti dan secara langsung berdampak pada jumlah mobil yang dihasilkan.


Menurut saya tidak ada manajemen yang lebih baik. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan pada tim Jepang adalah semangatnya. Mereka tipe orang pekerja keras. Mereka sangat loyal kepada perusahaan. Itulah pegawai yang dibutuhkan bila perusahaan itu ingin maju. Mereka juga bekerja secara tim, tidak individual. Sehingga hasilnya memuaskan. Merek juga sangat tertib saat bekerja. Karena mereka menuntut kesempurnaan.

Dengan kelebihan yang ada pada orang Jepang, ternyata ada yang over sehingga menjadi kekurangan dari tim orang Jepang itu sendiri. Seperti mereka terlalu loyal kepada perusahaan, sampai-sampai ada salah satu pegawai takut untuk ijin pulang lebih cepat karena istrinya sedang melahirkan. Hal itu menunjukan kalau orang Jepang kurang harmonis hidupnya, antara karir dan keluarga. Ada juga ketika ada pegawai yang mengalami kecelakaan kerja, salah satu tim orang Jepang yang tidak lain adalah keponakan boss menyuruh pegawai lainnya tetap bekerja, tidak perlu mengurus pegawai yang kecelakaan kerja tadi.

Tim orang Amerika pun punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mereka membuat hidup mereka harmonis. Mereka tidak melupakan orang-orang disekitarnya yang mencintainya. Peduli kepada sesama..

Namun ada kekurangannya, yaitu mereka terlalu bebas dan merasa dirinya spesial. Sehingga mereka bekerja secara individual. Mereka juga bekerja seenaknya sendiri atau dapat dikatakan kurang tertib.


Pembelajaran yang dapat diambil dari film Gung Ho ini antara lain:
  • Mengajari kita bagaimana menjadi leader yang baik.
  • Berkata jujur kepada siapapun
  • Dapat dipercaya
  • Mampu memegang amanah
  • Taat pada peraturan yang berlaku
  • Tidak lupa akan orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kita, terlebih orang-orang yang sayang dan cinta kepada kita.
  • Membuat kehidupan harmonis
  • Mencari kelebihan dari beberapa hal dan mempersatukannya
  • Berani mengakui kesalahan
  • Menjadi pasangan hidup yang baik atau setia
  • Jangan berkata keras
  • Jangan menjadi musuh dalam selimut
  • Tidak mudah menyerah
  • Memperjuangkan hal dengan mengerahkan segala kemampuan
  • Menghormati perbedaan budaya yang ada di tiap kawasan dunia
  • Membangun kehidupan sosial yang hangat
0 komentar

Gung Ho ala Ketrampilan Interpersonal (Part 2)

Berikut adalah analisis SWOT karakter tim orang Amerika dengan disertai contoh adegan dalam film.

Strength
Mereka mampu membuat hidup mereka harmonis. Mereka tidak melupakan orang-orang disekitarnya yang mencintainya. Peduli kepada sesama sehingga memiliki kehidupan sosial yang cukup hangat dan orang Amerika adalah orang yang berorientasi pada kehidupan keluarga.

Ada salah satu buruh yang ijin pulang lebih cepat untuk menemani anaknya yang akan melakukan operasi. Karena sang anak takut bila tidak ditemani ayahnya. Hal tersebut menunjukan orang Amerika sangat peduli dan memiliki kehidupan sosial yang cukup hangat. Hal ini juga terbukti pada adegan ada salah satu buruh yang mengalami kecelakaan kerja. Mereka saling membantu dan membri perhatian lebih kepada teman mereka yang mengalami kecelakaan kerja tersebut.

Weakness
Mereka adalah orang yang kasual, terlalu bebas dan merasa dirinya spesial. Sehingga mereka bekerja secara individual. Mereka juga bekerja semaunya sendiri atau dapat dikatakan kurang tertib dan kurang disiplin.

Tercermin pada salah satu buruh yang seenaknya sendiri saat bekerja. Datang terlambat namun pulang lebih cepat. Merasa lebih hebat dari Jepang namun tidak dibuktikan dengan usaha. Mereka hanya “merasa” spesial.

Opportunity
Orang Amerika memiliki kesempatan yang besar. Mereka menganggap bahwa bekerja itu natural. Artinya mereka sejak baru dilahirkan sudah memiliki kemampuan untuk bekerja. Mereka juga hidup di negara yang besar yang disegani banyak negara.

Threat
Di dalam diri orang Amerika itu sendiri juga ada hal yang mengancam dirinya sendiri. Karena mereka selalu merasa dirinya spesial, maka hal itu menjadikan diri mereka individualis. Bekerja semau mereka tanpa memperhatikan aturan dan keselamatan kerja.


Berikut adalah analisis SWOT karakter tim orang Jepang dengan disertai contoh adegan dalam film.

Strength

Orang-orang Jepang merupakan tipe orang yang sangat disiplin. Mereka workaholic atau pekerja keras. Orang-orang Jepang itu sangat sopan terlihat pada adegan penyambutan beberapa orang Jepang oleh orang Amerika. Mereka melepas sepatunya saat jalan diatas karpet. Mereka juga tidak duduk lebih dulu dari orang lain, namun duduk bersama-sama. Sikap mereka ini terlihat pada adegan saat hunt bertemu dengan tim orang Jepang. Hunt sempat duduk lebih dulu namun dia berdiri lagi karena tim orang Jepang melihatnya dengan sedikit aneh ketika mengetahui Hunt telah duduk lebih dahulu.

Tim orang jepang terbiasa olahraga terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas. Sebelum bekerja pun mereka olahraga. Seperti pada adegan mereka pertama kali mulai bekerja dengan para buruh. Tim orang Jepang memimpin para pekerja orang Amerika untuk senam pagi.

Sebelum olahraga mereka melakukan pemanasan terlebih dulu. Hal ini terlihat pada adegan sebelum main softball bersama orang-orang Amerika. Orang-orang Jepang melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Mereka sangat tertib yaitu teliti saat bekerja. Dengan CCTV mereka memantau kerja pegawai. Mereka mengecek semua hal. Dan mereka sangat perfeksionis. mereka berpikir bahwa ketika bekerja itu harus tidak ada cacat sama sekali. Itulah spirit mereka.

Sang istri sangat menghormati suaminya. Ketika sang suami akan berbicara bisnis saat makan malam, maka mereka meninggalkan suami-suami mereka dari meja makan. 

Tim orang jepang sangat setia pada perusahaan, bekerja untuk perusahaan bukan uang. Kerja itu pengabdian. Sehingga keloyalan mereka kepada perusahaan sangat tinggi.

Weakness
Dari kelebihan yang dimiliki ternyata ada yang over. Karena mereka workaholic, sehingga mereka hampir tidak mempunyai kehidupan sosial dan keluarga. Tingginya keloyalan mereka malah berubah menjadi loyalitas buta. Sehingga mereka seperti dijadikan robot yang berfungsi hanya untuk bekerja.

Mereka mengabaikan perasaan mereka. Sehingga kehidupan mereka tidak harmonis antara karir atau dunia kerja dan keluarga atau dunia sosial.

Ada adegan pada film itu, yakni ketika ada pegawai yang istrinya mau melahirkan tetapi karena takut pada bos maka mereka lebih memilih tetap di kantor daripada menemani istrinya, padahal mereka ingin sekali menemani istrinya yang sedang melahirkan. Dan itu efek berlebihan dari loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.

Opportunity
Orang Jepang memiliki kesempatan yang besar dengan spirit yang luar biasa mereka miliki. Terbukti mereka mampu menghasilkan 15.000 mobil per bulannya. Dan kenyataan itu yang membuat Hunt berani membuat kesepakatan dengan manajemen Assan Motor Company mengenai kenaikan gaji para buruh.

Dengan berada di luar negara mereka, mereka seharusnya dapat lebih maju lagi. Caranya dengan belajar dan mengambil sisi positif dari budaya lain.

Threat
Dengan spirit mereka dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan, ternyata mengancam kehidupan sosial mereka. Mengabaikan perasaan mereka. Karena kita tahu bahwa manusia itu adalah makhluk sosial. Mereka memiliki perasaan. Bukan halnya robot yang tidak memiliki perasaan, yang mampu diperintah apa saja sesuai kehendak tuannya.


Berikut adalah analisis SWOT karakter tim baru dari “cross culture” antara orang-orang Amerika dan orang-orang Jepang.

Strength
Mereka saling membantu dan bersatu. Terdapat pada adegan para buruh dan tim orang Jepang yang ikut turun tangan demi terpenuhinya kuota, yakni menghasilkan 15.000 mobil.
Memperbolehkan kerja pakai menyalakan radio. Karena tim orang Jepang yang sebelumnya melarang telah menyadari bahwa aspek perasaan sangat berpengaruh pada kinerja seseorang.

Mereka menjadi “Working Together in Harmony” itulah yang terbaik bagi perusahaan. Tidak individualis dan juga tidak melupakan aspek perasaan atau sosial yang sesungguhnya telah mendasari atau melekat disetiap tubuh manusia.

Weakness
Kekurangannya belum terlihat. Namun orang Amerika dan orang Jepang sedikit terlambat menyadari hal ini. Mereka terlalu bangga dengan budaya dan negara mereka. Sehingga munculnya kesadaran mereka akan kelebihan budaya atau negara lain sedikit terlambat.

Opportunity
Mereka memiliki kesempatan yang sangat besar. Tentunya bila dengan spirit yang mereka miliki sekarang. Bisa saja mereka dapat lebih maju daripada perusahaan mobil di Jepang. Sehingga akibatnya kota kecil, Hadleyville, dapat berkembang juga. Serta kehidupan penduduk kota tersebut dapat lebih baik lagi.

Threat
Ancaman ini dapat berasal dari saudara mereka sendiri. Maksudnya adalah mungkin saja ada pihak yang tidak menyukai persatuan dua budaya ini. Mereka terlalu fanatic dengan budaya atau negaranya. Mereka menganggap budaya atau negaranya lah yang terbaik. Padahal belum tentu seperti itu.
0 komentar

Gung Ho ala Ketrampilan Interpersonal (Part 1)

Pada minggu ini mata kuliah Ketrampilan Interpersonal berada di dalam kelas (indoor). Kami menonton film Gung Ho bersama-sama. Pemeran utama film ini dimainkan oleh Michael Keaton sebagai Hunt Stevenson, penghubung antara pihak manajemen Assan Motor Company dengan para buruh dan Gedde Watanabe sebagai Takahara Kozihiro yang berperan sebagai direktur manajemen perusahaan yang berasal dari Jepang itu.

Berikut adalah resume keseluruhan alur film Gung Ho:

Di sebuah kota kecil di negara Amerika, yakni Hadleyville terdapat sebuah pabrik mobil yang telah berdiri sejak 35 tahun yang lalu, namun sejak 9 bulan yang lalu pabrik ini ditutup. Meskipun demikian, pabrik ini telah diperbaiki 2 tahun yang lalu dengan peralatan baru. Dengan kata lain kondisi pabrik dalam keadaan prima. Para pekerja pabrik mobil ini adalah penduduk kota yang semuanya mengandalkan hidup dari pabrik tersebut. Sehingga demi dibukanya kembali pabrik tersebut, Hunt Stevenson dikirim ke Jepang untuk mencari investor. Pencarian Hunt berhasil dengan kehadiran Assan Motor Company sebagai manajemen yang baru di pabrik mobil Hadleyville tersebut. 

Dalam penyambutan kedatangan tim orang Jepang oleh masyarakat Hadleyville pun sudah menunjukan suatu perbedaan yang mencolok. Meski penyambutannya sangat meriah, namun terlihat banyak kekurangan atau belum siapnya mereka dalam menyambut. Dan terlihat mimik wajah dari orang Jepang kurang menyukainya. Namun tim orang Jepang berusaha untuk memakluminya.

Tim Jepang adalah tipe orang pekerja keras. Mereka memiliki prinsip kepentingan perusahaan harus berada di atas segalanya. Mereka tetap menggunakan prinsip tersebut di Amerika dan mencoba menanamkan prinsip mereka kepada para pekerja Amerika dengan berkata, “Kita harus membangun semangat. Kita harus menjadi sebuah tim dengan hanya sebuah tujuan. Semua hanya memikirkan perusahaan”. Dengan adanya perbedaan budaya kerja di antara pekerja Jepang dan Amerika seringkali menimbulkan permasalahan di pabrik.

Budaya kerja orang Jepang lebih menitikberatkan pada kinerja tim dan loyalitas pada perusahaan, sedangkan Amerika dengan segenap keegoisan dan kesombongan mereka lebih mengutamakan kerja individual, dalam arti ingin selalu dianggap spesial.

Para buruh menuntut kenaikan gaji dan berharap dengan perantara Hunt hal itu dapat terjadi. Para buruh menginginkan kenaikan gaji dari 8 dolar 75 sen per jam menjadi 11 dolar 50 sen per jam. Alhasil Hunt membuat kesepakatan dengan pihak manajemen Assan Motor Company. Pihak manajemen Assan Motor Company akan memenuhi tuntutan tersebut jika pekerja dapat memenuhi produksi sebanyak 15.000 mobil dalam sebulan. 

Namun saat forum buruh, Hunt menemui kesulitan untuk meyakinkan para buruh kalau mereka mampu membuat 15.000 mobil. Mereka menganggap hal tersebut mustahil untuk terjadi. Akhirnya, agar Hunt tidak disalahkan atas kesepakatan yang dia buat dengan manajemen Assan Motor, Hunt mengatakan bahwa hanya dengan 13.000 mobil pun para buruh akan mendapat kenaikan gaji yang mereka inginkan.

Akibat kebohongan Hunt, masalah lain pun timbul dan mengancam tertutupnya kembali pabrik mobil tersebut. Dan dengan terpaksa, Hunt mengakui kesalahannya di depan masyarakat Hadleyville bahwa sebenarnya tidak ada kesepakatan mengenai 13.000 mobil, namun yang ada adalah 15.000 mobil. Khalayak pun kecewa dengan tindakan Hunt.

Kondisi yang sama hampir dirasakan oleh Kozihiro. Karirnya terancam karena ulah para buruh yang mogok kerja semenjak mereka tahu tidak ada kenaikan gaji bila tidak menghasilkan 15.000 mobil tiap bulannya.
Meski demikian pada akhirnya, keduanya dapat memahami kelebihan budaya masing-masing. Saat Hunt menyadari bahwa pekerja Jepang memang bisa bekerja lebih cepat, lebih baik, dan lebih lama, setidaknya dapat mengubah budaya kerja buruh Amerika yang terkesan semaunya.

Begitu pula dengan Kozihiro, dia menyadari bahwa dia terlalu penurut, seolah-olah hidup hanya untuk kerja dan perusahaan tanpa memperdulikan hal yang lebih penting, yaitu orang-orang yang mencintainya.

Akhir cerita, tim orang Jepang dan Amerika bersatu dan berhasil membuat 15.000 mobil meski sempat terjadi banyak kendala. Film ini tidak hanya menunjukan keberhasilan Hunt Stevenson dalam berkomunikasi dengan para buruh, tetapi juga menyiratkan pesan moral untuk menghormati perbedaan budaya yang ada di tiap kawasan dunia.
Sunday, December 12, 2010 0 komentar

Dengan Mata Tertutup pun Bisa, Tapi Hasilnya?

Siapa yang tak kenal origami. Permainan dengan teknik melipat kertas ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Dan permainan inilah yang saya mainkan pada suatu kesempatan dalam mata kuliah Ketrampilan Interpersonal.

Aturan mainnya adalah satu orang ditunjuk sebagai pembicara di tengah atau dengan kata lain sebagai pimpinan. Kemudian sisanya menjadi pendengar atau dapat disebut bawahan. Pimpinan berada di tengah kelompok tersebut sedangkan bawahan membentuk lingkaran dimana sang pemimpin berada di tengah-tengahnya. Bawahan diberi kertas lipat berwarna oleh pimpinan. Kemudian bawahan memposisikan diri dengan membelakangi pimpinan atau menghadap ke arah luar dari kelompok. Fasilitator memberi kertas yang berisi langkah-langkah kepada pimpinan. Langkah-langkah tersebut berupa gambar. Sehingga pimpinan harus bisa membuat perintah yang akan diberikan kepada bawahan untuk melakukan langkah-langkah permainan origami seperti yang ada di kertas tersebut. Ketika perintah kurang jelas didengar dan sulit dipahami, bawahan boleh memberikan interupsi dan bertanya. Namun di tengah-tengah permainan, bawahan diharuskan menutup mata. Sehingga dalam menjalankan perintah pimpinan, bawahan tidak bisa mencontek teman yang berada di sebelah kanan atau kiri kami. Bawahan hanya diijinkan bertanya kepada pimpinan. Setelah pimpinan menyudahi seluruh perintahnya, kami diperbolehkan untuk membuka mata dan melihat hasil karya kami. Dan ternyata origami yang dihasilkan berbeda-beda bentuknya.

Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat pelajaran hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersosial, seperti:
  • Berlatih kepemimpinan. Di dalam diri ini pasti ada jiwa kepemimpinan namun masalahnya adalah pernahkah kita menumbuhkannya dan melatihnya? Kepemimpinan erat kaitannya dengan praktek, sehingga bila kita tidak pernah mewujudkannya ke dalam hal nyata maka sama saja, nihil. Kita tidak perlu banyak belajar teori secara terus menerus karena kita hanya akan pandai di otak saja. Kita sangat perlu akan sesuatu yang nyata.
  • Belajar berkomunikasi. Hal ini jelas tercermin pada pimpinan. Pimpinan yang baik harus mampu menginstruksikan secara jelas kepada bawahnnya. Agar bawahannya mengerti dan mampu melaksanakan apa yang diinginkan pimpinan. Karena berkomunikasi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan maka dibutuhkan latihan agar kita pandai berkomunikasi.
  • Melatih kesabaran. Pimpinan harus sabar dalam menghadapi situasi yang ramai, bawahan yang banyak bertanya, bawahan yang meminta pengulangan perintah, bahkan bawahan yang salah dalam bertindak. Sebagai pimpinan atau pembicara, memang sulit untuk memberi perintah atau memilih kata-kata yang sesuai dengan apa yang dimaksud. Maka dibutuhkan kesabaran yang lebih dalam melaksanakan tugasnya. Karena segala sesuatu yang dicampuri dengan emosi, hasilnya tidak akan maksimal.
  • Melatih konsentrasi. Dalam kegiatan ini sangat dibutuhkan. Karena kita hanya mendapat perintah melalui audio dan harus langsung dikerjakan. Kelompok lain pun juga melakukan hal yang sama sehingga suasana cukup ramai. Kita harus konsentrasi terhadap apa yang diucapkan oleh pimpinan kita bukan pimpinan kelompok lain. Dan bila kita tidak konsentrasi, kita akan kebingungan terhadap perintah dari pimpinan.
  • Belajar mendengarkan. Bawahan yang baik adalah orang mau mendengarkan pimpinannya. Begitu dengan orang yang baik, ketika ada orang yang berbicara entah perintah atau nasehat, maka kita harus mendengarkannya. Jangan merasa diri ini sudah hebat, sudah benar sehingga tidak perlu masukan dari orang lain. Dan perlu diketahui orang yang hebat adalah orang mau mendengarkan orang lain dan selalu memperbaiki diri. Mengenai bawahan, untuk menjadi pimpinan yang baik maka jadilah bawahan yang baik terlebih dahulu. Agar kelak bila kita menjadi pimpinan, maka kita akan mengetahui apa yang dirasakan bawahan kita.
  • Kepatuhan. Andai saja bawahan tidak patuh terhadap pimpinan, tentu kegagalan akan jelas terlihat di kelompok atau perusahaan tersebut. Sebagai bawahan yang baik kita harus patuh terhadap ketentuan-ketentuan dan perintah pimpinan asal hal tersebut benar. Bagaimana bisa perusahaan tersebut sukses bila karyawan-karyawannya datang terlambat, tidak bekerja maksimal, banyak melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Maka kepatuhan sangat dibutuhkan dalam hal ini.
  • Melatih untuk berani bertanya. Tercermin pada saat informasi yang diterima kurang jelas. Maka kita akan bertanya untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas atau memastikan hal yang meragukan. Dengan begitu, terjadinya kesalahan dapat diminimalkan. Karena tidak ada salahnya bila kita bertanya.
  • Berlatih berpikir cepat dan membayangkan. Setelah mendapatkan perintah, kita semua berpikir apakah hal tersebut dalam dilaksanakan. Kemudian kita membayangkan. Dengan begitu kita bisa memperkirakan apa yang harus dilakukan, seberapa besar usaha dan seberapa lama waktu yang dibutuhkan.
  • Suatu hal bisa saja berbeda persepsi antar satu orang dengan orang yang lain. Maka menjadi tugas pimpinan untuk menyamakan persepsi-persepsi tersebut. Caranya tentu dengan memberi perintah sejelas mungkin kepada bawahan. Atau dengan cara memberikan ilustrasi agar bawahannya dapat membayangkan. Sehingga bawahan lebih cepat dan mudah memahaminya. 
  • Melatih bekerja sendiri dan membangun rasa percaya diri. Ketika ditutup mata, kita harus mampu bekerja berdasar apa yang kita pahami atau dapat disebut bekerja sendiri. Kita harus percaya diri dan jangan hanya ikut-ikutan. Kita harus percaya bahwa diri kita mampu mengerjakan dengan usaha kita sendiri. Bila masih kurang paham, kita dapat bertanya kepada yang lebih tahu. Bukan malah meniru atau mencontek apa yang dilakukan orang lain. Karena orang lain pun belum tentu benar.
0 komentar

SEVEN UP

Seven Up adalah suatu nama permainan yang pernah saya mainkan. Banyak hal yang dapat diambil dari permainan ini selain rasa senang :)
 
Permainan ini sangat mudah. Intinya kami hanya berhitung. Sebelum permainan dimulai kami harus membentuk sebuah lingkaran besar. Dan aturan main dalam kegiatan ini adalah orang yang ditunjuk harus mengucapkan angka selanjutnya dari angka yang diucap oleh orang yang menunjuk. Untuk arah menunjuk, kita diperbolehkan ke sebelah kanan atau kiri, dan juga ke arah depan atau seberang. Namun uniknya adalah orang yang seharusnya menyebutkan angka “tujuh” diganti dengan mengucapkan kata UP sambil mengangkat tangan. Kemudian dia menunjuk orang lain sambil mengucapkan angka “satu”. Bila ada yang salah mengucapkan atau terlambat mengucapkan, maka dia mendapatkan "hadiah". Mengenai "hadiah",nya ditentukan oleh kami yang tidak naik ke atas panggung.
Dengan adanya kegiatan ini, kami mendapat banyak hal positif, antara lain:
  • Melatih konsentrasi. Kegiatan ini sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Bila tidak kita akan salah ucap atau terlambat dalam berucap. Konsentrasi sangat mempengaruhi kinerja kita. Bila kita bekerja namun tidak konsentrasi terhadap apa yang kita kerjakan maka hasilnya tidak maksimal bahkan bisa saja yang kita kerjakan salah.
  • Siap setiap saat atau siaga dalam berbagai situasi. Dalam permainan ini kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita, apa yang akan dilakukan orang lain pada diri kita. Bila kita tidak siap untuk menghadapinya maka kita akan kerepotan karenanya. Maka kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin mulai sekarang.
  • Melatih kepekaan. Jangan sampai kita buta terhadap lingkungan kita sendiri. Kita harus mengerti dan peka terhadap semua yang ada disekitar kita. Untuk menjadi orang yang sukses kita harus peka. Peka terhadap peluang-peluang yang ada. Jangan sampai kita menutup mata dan telinga terhadap situasi dan kondisi di sekeliling kita.
  • Melatih bekerja cepat. Bila kita bermain dalam kegiatan ini secara lamban, maka kegiatan ini sangat membosankan. Maka kita harus bermain secara cepat dan tepat. Kita harus mampu untuk menggunakan waktu sebaik mungkin untuk melakukan hal positif. Bila kita terlatih bekerja cepat dan tepat maka kita dapat menghasilkan karya yang lebih banyak dari yang lain.

  • Taat pada peraturan. Peraturan dibentuk untuk mengatur segalanya agar berjalan dengan benar. Apabila kita melanggar peraturan, kita akan mendapat sanksi. Maka untuk menghindari sanksi kita harus taat dan bekerja secara benar. Karena bila tidak ada aturan di dalam hidup ini, maka dunia akan kacau balau. Maka jangan melanggar peraturan yang ada. Perlu kita ketahui bahwa peraturan dibentuk untuk kebaikan bersama.
  • Melaksanakan kewajiban. Suatu kewajiban haruslah dilaksanakan. Orang yang mendapat giliran menyebutkan angka “tujuh” harus melaksanakan tugasnya yakni mengganti kata “tujuh” dengan UP. Bila tidak, tentu ada akibatnya. Dalam agama, sesuatu yang wajib namun tidak dilaksanakan akan mendapat dosa. Maka kita harus melaksanakan kewajiban masing-masing.

  • Tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Tercermin pada orang yang mendapat giliran menyebutkan angka “tujuh” harus mengatakan UP. Bila salah maka dia harus bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya, yaitu mendapat sanksi.
  • Berani dan mau menerima konsekuensi. Setiap apa yang kita lakukan pasti memiliki resiko atau konsekuensi. Seperti ketika kita melakukan kesalahan maka kita harus berani untuk menerima akibatnya. Namun tidak hanya ketika kita melakukan kesalahan, tetapi ketika kita berbuat benar pun tetap ada resikonya. Sehingga orang yang berani dan mau menerima konsekuensi atas apa yang dilakukan sangat dibutuhkan di dunia nyata jaman sekarang.

  • Kejujuran. Bila merasa salah atau terlambat berucap kami diharapkan langsung naik ke atas panggung untuk mendapat “hadiah”. Saat ini jarang sekali ada orang yang mau mengakui kesalahannya. Di dalam dunia nyata sering kita temui orang yang menyalahkan orang lain untuk menutupi keburukannya. Maka kejujuran sangat dibutuhkan di negeri ini.
  • Kebersamaan. Tidak dipungkiri berkumpul dengan banyak orang, bercanda dan bercengkrama satu dengan yang lain sangat menyenangkan. Dengan adanya kegiatan ini menumbuhkan rasa kebersamaan. Kita tidak mungkin bisa bermain seperti ini hanya dengan sedikit orang, misalnya 5 orang. Bahkan sendirian pun tidak mungkin bisa bermain permainan ini. Maka rasa kebersamaan sangat dibutuhkan untuk mewarnai hidup ini.
Friday, December 10, 2010 0 komentar

Sang Ketua Baru KPK

Busyro Muqaddas telah resmi diangkat sebagai Ketua KPK yang baru dengan masa jabatan selama satu tahun. Namun demikian di atas pundak Busyro Muqaddas telah dibebankan tugas yang sangat berat yakni memberantas korupsi di negeri yang korup ini. 

Selama ini banyak pejabat dibantu oleh ribuan personil telah ditugasi untuk memberantasnya namun mengalami kegagalan. Mereka yang tidak berdaya karena ulah para tersangka maupun terdakwa korupsi yang menyuap mereka. 

Belum lagi ditambah dengan jurus ampuhnya para anggota mafia hUkum yang membuat para penegak hukum bersimpuh di atas lutut mereka. Maka tidak mengherankan kalu tugas Busyro Muqaddas dalam situasi seperti ini sangat berat. Apalagi agenda utama yang didesakkan oleh para anggota DPR adalah menyelesaikan kasus Bank Century. Sebuah kasus yang melibatkan banyak pihak dan banyak uang. Dalam konteks ini mampukah KPK yang dipimpin oleh Busyro menyelesaikan kasus bank Century? Semoga dengan prinsip sekali bersih tetap bersih, KPK yang telah didirikan dengan niat yang bersih, akan bekerja dengan bersih dan mengakhiri masa tugasnya dengan bersih pula.
Wednesday, December 8, 2010 0 komentar

Belajar dari Kehidupan di LIPONSOS

Pada tanggal 30 November 2010, tepatnya pada saat mata kuliah Ketrampilan Interpersonal, kami berkunjung ke LIPONSOS di daerah keputih. Yakni tempat penampungan orang-orang yang membutuhkan pengobatan dan perhatian khusus. Diberitahukan kepada kami bahwa mereka yang tinggal disana 70% sehat jasmani dan rohani. Sehingga terkadang komunikasi yang terkalin kurang berjalan dengan baik. Sering kali jawaban mereka kurang sinkron dengan pertanyaan yang kami utarakan.

Selama di LIPONSOS, selain sambutan dan kesan pesan kami bermain 2 permainan yakni lempar dan tangkap bola serta bercerita. Permainan lempar dan tangkap bola adalah permainan yang pernah kami lakukan sebelumnya. Begitu juga bercerita.

Dalam permainan lempar dan tangkap bola. Dibentuk kelompok baru yang anggotanya berasal dari kedua pihak. Sehingga kelompok yang sudah ada ditambah 4 orang dari warga LIPONSOS. Aturan mainnya adalah melempar bola ke orang lain. Ketika menerima bola, kami mengucapkan “terima kasih kepada (nama orang yang melempar bola). Nama saya (pemegang bola)” dan ketika akan melempar, kami mengucapkan “bola ini akan saya lempar kepada (nama orang yang dituju)”.

Salah satu penghuni LIPONSOS
Setelah dirasa cukup, aturannya sedikit diubah yakni setelah menyebutkan nama kami (pemegang bola) dilanjutkan menyebutkan hobi masing-masing. Hingga semua anggota kelompok melakukannya.

Kemudian dilanjut dengan permainan bercerita. Kami saling bercerita secara bergantian. Namun pada kelompok saya bu Rosdiana lah yang banyak cerita. Sangat mengasyikan mendengar cerita beliau. Mulai dari keluarganya sampai aktivitas di LIPONSOS. Tidak heran kalo kami sering tertawa. Karena hal yang kami bahas tidak monoton. Dan rasanya senang sekali melihat ekspresi bu Rosdiana yang bahagia dengan kehadiran kami. Dan rasanya mereka yang tinggal disana butuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Karena kebanyakan mereka ingin segera pulang dan bertemu keluarganya.

Hikmah yang dapat diambil adalah:
  • Peduli. Terlebih terhadap lingkungan di sekeliling kita. Jangan menjadi orang yang acuh karena lingkungan yang kita tinggalilah yang membesarkan kita.
  • Berbagi dengan yang lain. Setiap manusia selalu ingin berbagi dengan orang lain. Maka jadikanlah diri kita tempat untuk orang lain berbagi.
  • Empati terhadap orang lain.
  • Menghibur teman atau saudara yang sedang kesusahan. Selalu membuat suasana menjadi menyenangkan dimanapun kita berada.
  • Saling membantu terhadap sesama.
  • Bersyukur terhadap apa yang kita miliki. Karena masih banyak orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Maka sepatutnya kita bersyukur, jangan hanya bisa mengeluh dan merasa kurang atau tidak menerima kenyataan pada diri kita.
  • Belajar menyampaikan sesuatu agar orang lain dapat paham terhadap apa yang kita maksud. Hal ini termasuk belajar berkomunikasi dengan baik.
  • Belajar untuk sabar. Karena dalam berinteraksi terkadang antara pertanyaan dan jawaban kurang sinkron.
  • Mencoba lebih pengertian. Sudah sewajarnya kita saling mengerti karena setiap pribadi itu berbeda-beda.
  • Menghargai dan menghormati antar manusia.
  • Membantu orang lain terlebih yang kurang beruntung.
  • Terbuka dengan lingkungan. Jangan jadi orang yang tertutup karena sangat merugikan.
  • Mudah bergaul dan cepat beradaptasi. Dalam lingkungan yang baru sebaiknya kita dapat menempatkan diri kita dengan baik. Dan dengan cepat bergaul dengan orang di lingkungan baru tersebut.
  • Rendah hati. Selalu rendah hati terhadap siapapun.
  • Jangan mengucilkan sesuatu yang berbeda dari kita. Setiap orang pasti memiliki perbedaan. Dan sudah menjadi kewajiban kita untuk saling memahami, bukan malah mengucilkannya.
 
;