Wednesday, December 15, 2010

Gung Ho ala Ketrampilan Interpersonal (Part 1)

Pada minggu ini mata kuliah Ketrampilan Interpersonal berada di dalam kelas (indoor). Kami menonton film Gung Ho bersama-sama. Pemeran utama film ini dimainkan oleh Michael Keaton sebagai Hunt Stevenson, penghubung antara pihak manajemen Assan Motor Company dengan para buruh dan Gedde Watanabe sebagai Takahara Kozihiro yang berperan sebagai direktur manajemen perusahaan yang berasal dari Jepang itu.

Berikut adalah resume keseluruhan alur film Gung Ho:

Di sebuah kota kecil di negara Amerika, yakni Hadleyville terdapat sebuah pabrik mobil yang telah berdiri sejak 35 tahun yang lalu, namun sejak 9 bulan yang lalu pabrik ini ditutup. Meskipun demikian, pabrik ini telah diperbaiki 2 tahun yang lalu dengan peralatan baru. Dengan kata lain kondisi pabrik dalam keadaan prima. Para pekerja pabrik mobil ini adalah penduduk kota yang semuanya mengandalkan hidup dari pabrik tersebut. Sehingga demi dibukanya kembali pabrik tersebut, Hunt Stevenson dikirim ke Jepang untuk mencari investor. Pencarian Hunt berhasil dengan kehadiran Assan Motor Company sebagai manajemen yang baru di pabrik mobil Hadleyville tersebut. 

Dalam penyambutan kedatangan tim orang Jepang oleh masyarakat Hadleyville pun sudah menunjukan suatu perbedaan yang mencolok. Meski penyambutannya sangat meriah, namun terlihat banyak kekurangan atau belum siapnya mereka dalam menyambut. Dan terlihat mimik wajah dari orang Jepang kurang menyukainya. Namun tim orang Jepang berusaha untuk memakluminya.

Tim Jepang adalah tipe orang pekerja keras. Mereka memiliki prinsip kepentingan perusahaan harus berada di atas segalanya. Mereka tetap menggunakan prinsip tersebut di Amerika dan mencoba menanamkan prinsip mereka kepada para pekerja Amerika dengan berkata, “Kita harus membangun semangat. Kita harus menjadi sebuah tim dengan hanya sebuah tujuan. Semua hanya memikirkan perusahaan”. Dengan adanya perbedaan budaya kerja di antara pekerja Jepang dan Amerika seringkali menimbulkan permasalahan di pabrik.

Budaya kerja orang Jepang lebih menitikberatkan pada kinerja tim dan loyalitas pada perusahaan, sedangkan Amerika dengan segenap keegoisan dan kesombongan mereka lebih mengutamakan kerja individual, dalam arti ingin selalu dianggap spesial.

Para buruh menuntut kenaikan gaji dan berharap dengan perantara Hunt hal itu dapat terjadi. Para buruh menginginkan kenaikan gaji dari 8 dolar 75 sen per jam menjadi 11 dolar 50 sen per jam. Alhasil Hunt membuat kesepakatan dengan pihak manajemen Assan Motor Company. Pihak manajemen Assan Motor Company akan memenuhi tuntutan tersebut jika pekerja dapat memenuhi produksi sebanyak 15.000 mobil dalam sebulan. 

Namun saat forum buruh, Hunt menemui kesulitan untuk meyakinkan para buruh kalau mereka mampu membuat 15.000 mobil. Mereka menganggap hal tersebut mustahil untuk terjadi. Akhirnya, agar Hunt tidak disalahkan atas kesepakatan yang dia buat dengan manajemen Assan Motor, Hunt mengatakan bahwa hanya dengan 13.000 mobil pun para buruh akan mendapat kenaikan gaji yang mereka inginkan.

Akibat kebohongan Hunt, masalah lain pun timbul dan mengancam tertutupnya kembali pabrik mobil tersebut. Dan dengan terpaksa, Hunt mengakui kesalahannya di depan masyarakat Hadleyville bahwa sebenarnya tidak ada kesepakatan mengenai 13.000 mobil, namun yang ada adalah 15.000 mobil. Khalayak pun kecewa dengan tindakan Hunt.

Kondisi yang sama hampir dirasakan oleh Kozihiro. Karirnya terancam karena ulah para buruh yang mogok kerja semenjak mereka tahu tidak ada kenaikan gaji bila tidak menghasilkan 15.000 mobil tiap bulannya.
Meski demikian pada akhirnya, keduanya dapat memahami kelebihan budaya masing-masing. Saat Hunt menyadari bahwa pekerja Jepang memang bisa bekerja lebih cepat, lebih baik, dan lebih lama, setidaknya dapat mengubah budaya kerja buruh Amerika yang terkesan semaunya.

Begitu pula dengan Kozihiro, dia menyadari bahwa dia terlalu penurut, seolah-olah hidup hanya untuk kerja dan perusahaan tanpa memperdulikan hal yang lebih penting, yaitu orang-orang yang mencintainya.

Akhir cerita, tim orang Jepang dan Amerika bersatu dan berhasil membuat 15.000 mobil meski sempat terjadi banyak kendala. Film ini tidak hanya menunjukan keberhasilan Hunt Stevenson dalam berkomunikasi dengan para buruh, tetapi juga menyiratkan pesan moral untuk menghormati perbedaan budaya yang ada di tiap kawasan dunia.

0 komentar :

Post a Comment

 
;