Dari judulnya saja, menurutku kalian sudah tahu apa yang akan dibahas dalam
tulisan ini. Yap! Benar sekali! Peribahasa Sekali Merengkuh Dayung, Dua Tiga Pulau
Terlampaui, nyatanya dapat kita buktikan di dunia nyata. Peribahasa bukan hanya
sekedar kata-kata indah dan penuh makna, namun memang itulah kenyataannya di
dunia.
Sesuai peribahasa itu, dalam sekali mengerjakan sesuatu, manusia dapat
menyelesaikan pekerjaan lain atau mendapat beberapa keuntungan sekaligus.
Begitulah seorang pendidik. Tidak hanya mencerdaskan namun juga mampu
menginspirasi orang lain.
Untuk lebih paham akan kata pendidik, coba kita lihat pengertian kata tersebut
yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Hal ini juga dipertegas dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
yang menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dari dua pengertian di atas dapat saya simpulkan bahwa seorang pendidik adalah
sosok yang mencerdaskan generasi bangsa. Tidak hanya sekedar otak, namun juga
mencerdaskan hati. Tentu tujuannya adalah agar terjadi keseimbangan antara
kecerdasan yang berselimut keimanan. Karena sungguh berbahaya apabila suatu
kecerdasan tanpa dilengkapi dengan hati nurani yang bersih.
Lalu bagaimana cara seorang pendidik mampu menginspirasi orang-orang di
sekelilingnya? Untuk mengetahui hal itu, kita perlu tahu terlebih dahulu pengertian
dari kata inspirator. Seorang inspirator adalah orang yang memiliki pengalaman
hidup yang mampu menginspirasi orang lain untuk meniru atau paling tidak
menerapkan nilai-nilai positif yang terkandung di dalam kisah hidupnya. Sehingga
orang lain mendapat manfaat dari hal tersebut. Entah menjadi termotivasi,
mendapat semangat baru, memiliki panutan dan sebagainya.
Alhasil dapat dikatakan bahwa orang-orang yang berada di sekeliling kita secara
tidak disengaja dan secara tidak langsung akan terinspirasi dari apa yang kita
kerjakan. Dan itulah harapan kita semua. Tidak hanya mendidik namun
menginspirasi.
Bila seorang pendidik dikategorikan sebagai dosen di suatu perguruan tinggi, maka
banyak sekali 'peluang' di dalamnya. Di dalam kelas, sang dosen memang
mengajarkan teori. Namun sang dosen dapat menyampaikan pengalaman
hidupnya yang berkaitan dengan materi di dalam kelas pada saat itu. Tentu hal itu
lebih menarik bagi para mahasiswa daripada hanya sekedar belajar dari buku atau
media lainnya. Dan hal baik lainnya adalah mahasiswa menjadi tahu implementasi
yang benar dari teori yang dipelajarinya tersebut.
Seperti yang kita ketahui semua bahwa pelajaran termahal di dunia adalah
pengalaman hidup. Manusia memang memiliki pengalaman hidup. Namun antara
satu manusia dengan manusia lainnya tentulah berbeda. Dan hal itulah yang
mendasari manusia untuk berbagi. Hal ini disebabkan setiap manusia memiliki garis
kehidupannya masing-masing.
Di luar dunia akademik pun, sang dosen tetap mampu menginspirasi. Baik dalam
sikapnya di kehidupan sehari-harinya maupun yang lain. Begitu juga dengan tenaga
pendidik lainnya seperti guru, instruktur dan sebutan lainnya, sama-sama memiliki
kesempatan yang sama untuk mengajar dan menginspirasi.
Manusia memiliki kemampuan berbeda-beda. Memiliki kekurangan dan kelebihan
yang melengkapinya. Bila ada kesempatan untuk mendapatkan dua atau tiga
manfaat, mengapa kita hanya mengambil satu manfaat saja?
Bukan hanya sekedar menjadi pendidik, jadilah seorang inspirator!
sumber: (gambar) http://lcdc.law.ugm.ac.id/detail/profesi/265/profesi-hukum---dosen/