Friday, July 12, 2013

The Blue Umbrella

beberapa waktu yang lalu, akhirnya saya keturutan nonton nih hehe nonton kartun lebih tepatnya. Monster University. iyaapp selagi nunggu film nya diputar, seperti biasa Pixar menayangkan film pendeknya. lucu dan manis banget menurutku (´⌣`ʃƪ) jadi ceritanya itu tentang payung biru sama payung merah. ngga ada percakapan diantara mereka namun yakin deh pasti paham sama maksud filmnya.

setelah sekian lama, akhirnya saya cari di internet. ternyata memang belum ada, alias belum diunggah. adapun rekaman tangan manusia di bioskop. ngga jelas begitu ┌(_o_)┐ jadi saya nemunya cuma review dari orang yang sadar dan touched sama film pendek ini (◦'⌣')♥('⌣'◦) dan ini salah satu review nya. ini nih sumbernya.


Title : The Blue Umbrella
Production House : Pixar Studio
Director : Saschska Unseld
Genre : Romance
Runtime : 6′
Release Date : June, 21th 2013 (Together with Monster University)
Format : Motion-Photorealism-Animation

Pernahkah kamu melihat sebuah film yang direkam kemudian disatukan dengan animasi seolah-olah mereka menyatu dalam setiap adegan? Pastinya kalian mungkin teringat dengan film seperti Garfield dan TED yang menyatukan animasi dengan realism film. Tentunya setiap pihak yang terlibat dalam film seperti ini harus sangat berhati-hati dengan akting dan timing agar film terlihat semakin nyata.

Walau begitu, kalian akan menemukan sesuatu yang berbeda dari ‘The Blue Umbrella’. Film pendek yang menceritakan kesederhanaan sebuah payung di tengah hujan dan usaha untuk meraih impiannya begitu menarik untuk diikuti. Bersama dengan Monster University, Pixar kembali menyatakan sebuah kisah fiksi yang sederhana namun memiliki makna yang dalam dan indah untuk dinikmati dari segala aspek.

Di keramaian sebuah kota besar, hujan pun turun. Semua orang membuka payungnya agar mereka tidak kebasahan. Payung-payung itu terlihat begitu kelam, seiring dengan gelapnya awan dan mungkin yang memegangnya.

Walau begitu, ada satu payung yang terlihat begitu cerah. Tidak tahu siapa nama pria yang memegangnya,  tapi payung itu berwarna biru. Berbeda dari payung yang lain, payung biru itu begitu ceria akan kehadiran hujan. Payung itu begitu dikenal oleh lingkungan sekitarnya, sehingga tidak heran kalau mereka sangat menyayangi payung itu. Sayangnya, ia tidak punya teman sejenis untuk bersenang-senang.

Payung biru merasa senang dengan kehadiran payung merah yang ada di dekatnya. Walau begitu, masing-masing pemilik memilih jalan yang berbeda, sehingga mereka pun harus terpisah. Angin badai dan pikiran sang payung biru yang begitu keras membuat ia tiba-tiba terlepas dari tangan sang pemilik. Petualangan singkat bersama dengan teman-teman dari berbagai barang yang ada di kota itu membuat ia sadar bahwa ia membutuhkan sang payung merah.

Film ini sebetulnya sederhana. Dengan memanfaatkan rekaman adegan-adegan di kota dan animasi di beberapa bagian (terutama untuk kotak surat, tepian jalan, dan gedung-gedung), film ini lahir dengan menampilkan keindahan urbanisme di tengah hujan. Mungkin dari beberapa bagian kita bisa melihat simbol-simbol kehidupan seperti payung hitam dan keramaian kota setelah pulang kerja. Saya masih kurang tahu apakah payung biru dan payung merah mengisahkan isi hati dari pemiliknya atau memang masing-masing payung memiliki kesadaran akan inginnya seorang teman yang sejenis satu sama lain.

Walau begitu, film ini sungguh nikmat dalam waktu 6 menit. Kita tidak hanya disuguhkan oleh kisah yang ringan namun bermakna, kualitas animasi dan photo-realism yang sungguh mempesona, tetapi juga musik yang indah dan sesuai untuk didengar. Dengan kualitas musik dari Jon Brion dan vokal lembut oleh penyanyi Sarah Jaffe, kita bisa menikmati film ini dari segala aspek. Keindahan hujan pun bisa kita rasakan di sini dan menenangkan. Rasanya tidak ingin lepas dari film ini meski hanya dalam waktu 6 menit.

Mungkin animasi singkat ini tidak seluar biasa Paperman yang dikerjakan oleh Disney, tapi tetap menangkap hati pecinta animasi dan realism-motion di dunia, terutama untuk pecinta Pixar. Terlepas dari ‘Disney yang semakin Pixar dan Pixar yang semakin Disney’, film ini akan membuktikan bahwa Pixar terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pecinta animasi di seluruh dunia.

Dan pada akhirnya, seperti Paperman, film ini mengajarkan kita bahwa di kondisi apa pun, ketika kita percaya dan berusaha akan impian kita, percayalah kita akan sampai pada impian kita.

0 komentar :

Post a Comment

 
;