Thursday, November 13, 2014

Buku: Sabtu Bersama Bapak

“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”  - Mohammad Hatta

Beberapa waktu lalu, teman seperjuangan #110 minjemin bukunya. Thank you ya, Dita Pramitasari! (ɔ ˘⌣˘)˘⌣˘ c)- The book is so nice and gives me some life values.

Sabtu Bersama Bapak


Yap! Buku ini kece banget. Membahas persiapan sang ayah untuk kebutuhan pertumbuhan anak-anaknya meski dirinya tidak bisa menemani dan melihat mereka secara langsung di dunia. That's cool! So well-prepared!

Nah karena banyak nilai-nilainya dan percakapan yang maniiisss banget, ini aku catetin biar ngga lupa hehe ヘ(^_^ヘ) (ノ^_^)ノ

"Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat."
"Iya, sih. Tapi Mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat. Mamah tahu itu. Bapak juga gitu, dulu."
(hal. 17)

"Hari ini, saya janji sama kamu.
Melindungi kamu.
Sekarang dan nanti.
Saat hidup dan mati."
(hal. 37)

"They deserve better.
You, deserve better."
(hal. 80)

"Akan datang juga Kang, masanya ...
semua orang tidak akan membiarkan kalian menang.
Jadi, kalian harus pintar.
Kalian harus kuat.
Kalian harus bisa berdiri dan menang dengan kaki-kaki sendiri."
(hal. 130-131)

"Kata Bapak saya ... dan dia dapat ini orang lain. Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan, Yu"
" ..."
"Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain."
"..."
"Tiga kurang tiga berapa, Yu?"
"Nol."
"Nah. Misal, saya gak kuat agamanya. Lantas saya cari pacar yang kuat agamanya. Pernikahan kami akan habis waktunya dengan kuat melengkapi yang lemah."
"..."
"Padahal setiap orang sebenarnya wajib menguatkan agama. Terlepas dari siapa pun jodohnya."
"..."
"Tiga dikali tiga berapa, Yu?"
Ayu mengangguk, mengerti. Find someone complimentary, not supplementary. 
(hal. 217)

Ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah, laki-laki itu meminta banyak dari perempuan.
Saya pilih kamu,
Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu.
Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir dan batin.
Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu. Baktimu sekarang pada saya.
(hal. 220-221)

Bagi Bapak, yang penting itu Bapak menjadi perhiasan yang menyenangkan Ibu.
Bagi Ibu, yang penting itu Ibu menjadi perhiasan yang menyenangkan Bapak.
(hal. 226)

Laki, atau perempuan yang baik itu, gak bikin pasangannya cemburu.
Laki, atau perempuan yang baik itu ... bikin orang lain cemburu sama pasangannya.
(hal. 228)

Mereka berjalan pulang menuju area parkir dengan saling terdiam. Terkadang dengan saling curi pandang.
"Mas, nanya dong." Ayu memecah keheningan.
"Apa, tuh?"
"Mas pernah bilang, bagi Mas, saya itu perhiasan dunia akhirat."
"Iya."
"Kenapa bisa bilang begitu?"
"Kamu pintar. That goes without question. Kamu cantik. Itu jelas."
"Itu semua dunia." potong Ayu.
"Dan karena pada waktunya, saya selalu lihat sepatu kamu di musala perempuan."
"...."
(hal. 228-229)

Itu beberapa kutipannya. Bagi yang belum baca bukunya, yuk buruan baca (≧◡≦) ngga nyesel dah.

Tidak ada orang tua di dunia ini yang tidak ingin melihat anaknya bahagia
Maka bahagiakan mereka selagi ada kesempatan
Mereka dapat kembali kapanpun kepada-Nya, begitu juga kita

8 komentar :

Anonymous said...

Wenaaaaak..
berat nih bahasan nya :p

Miya Octovianti said...

hahahaa berapa ton toh kok dibilang berat? :p

Anonymous said...

haha gak bisa diitung neng :D

Miya Octovianti said...

Yauda dirasain aja hihi~

Dita Pamitasari said...

eh ada namaku disebut ternyata hehe, udah lama banget bar nyadar hahaha

Dita Pamitasari said...

eh ada namaku disebut ternyata hehe, udah lama banget bar nyadar hahaha

Miya Octovianti said...

Aahh iyaa, kemana ajaa? Hahaha uda beda tahun lho antara postingan sama komennya hahaha

Dita Pamitasari said...

hahaha maklum, jarang buka blog miy..baru stalking lagi setelah sekian lama :p

Post a Comment

 
;